• IZIN... Pentingkah ???.


    Manusia itu makhluk yang paling unik, selain itu, logika sering kacau,sehingga suka menarik sesimpulan sendiri "Tuhan tidak adil, tidak memihak yang lemah dan teraniaya," ia memandang adil atau baik dari kacamata sendiri, bukan sesuai kehendak Ilahi.

    Berbeda dengan sikap Barakah 'Abidah di Arabiah. Ia Sukses. "namun, aku masih saja khawatir kalau-kalau penghasilanku sama sekali tidak berarti di hadapan Allah. karena itu, akupun sedih seranya berpikir, sekiranya Allah memang benar-benar menginginkan kekayaanku, Dia pasti membinasakan harta da anak-anakku," katanya.

    Benar saja. Akhirnya baik anak maupun hartanya tidak tersisa. "Namun, semuanya toh membuatku bahagia. Aku curiga, jangan-jangan Allah menginginkan kesejahtraan dan kebahagiaan bagiku melalui berbagai macam ujian. Dan inilah cara-Nya mengingat diriku serta menjadikan jiwaku suci," ujarnya.

    Cerita tentang izin juga mengingatkan seorang budak cantik bernama "Taufah" di abad IX. ia tak mengenal tidur maupun makan. kala kondisinya semakin gawat, majikannya mengirim dia ke rumah sakit jiwa. kendati ia berpakaian mewah dan wangi, kedua kakinya dirantai. ia sering melantunkan bait-bait syair cinta.

    Wahai, aku tidak gila tapi hanya mabuk!
    Kalbuku sadar betul dan amat bening.
    satu-satunya dosa dan kesalahanku ialah dengan tidak tahu malu
    menjadi kekasih-Nya...

    dan setelah itu, Taufan pingsan. Begitu siuman, ia ditanya siapa yang engkau cintai?
    "aku mencintai Zat yang membuatku sadar akan anugerah, yang berbagai macam karunai-Nya menyebabkanku di kenai kewajiban, yang dekat dengan segenap kalbu, yang mengabulkan orang-orang yang membutuhkan," Ujarnya.

    Syaikh Al-Saqati yang mendengar syair itu tergetar. ia menyimpulkan, Taufah tidak gila, dan memintanya pergi kemana saja. Tapi, gadis itu menjawab: "aku hanya akan pergi jika majikanku mengizinkan. Kalu tidak, aku akan tetap disini."Demi Allah,"kata Al-Saqati dalam hati,"ia lebih bijak ketimbang diriku."

    tampa disangka-sangka, majikan Tufah datang. ternyata, wanita yang mahir dan bermain harpa itu dibelinya 22.000 dirham. "semua kekayaan dan modalku habis,"katanya. Ia berharap untung. ternyata, taufah justru sering termenung, menangis, dan membuat orang lain tidak bisa tidur.

    Itu sebabnya, dia di jebloskan ke rumah sakit jiwa. jika begitu,"Berapapun harga yang kamu minta, akan kubayar,"kata Al-Saqati kepada majikan Taufah. Tawaran itu di cemoohkan. memang, Al-Saqati tak punya uang sedirham pun saat itu. sembari berlinang air mata, ia pulang ke rumah.

    Malam itu pula, pintu rumah Al-Saqati diketuk orang. orang itu, yang menyebut dirinya Ahmad Musni, membawa lima pundi uang. Ia datang atas bisikan "suara gaib" agar al-saqati bisa membebaskan Taufah. Kontan, Al-Saqati bersyukur mencium tanah. Esiknya, ia pegangi tangan tamunya menuju rumah sakit.

    Tak urung, penebusan itu membuat mata Taufah berlinag. Di saat itu pula, majikan Taufah datang sembari meratap dan menangis. Aneh!
    jangan menangis, "harga yang kamu minta telah kubawakan dengan keuntugan lima ribu dinar, "kata Al-Saqati

    Demi Allah, tidak," kata majikan Taufah. Al-Saqati menambah keuntungan 10.000 dinar. lagi-lagi dijawab, "tidak tuan. "Sekiranya Anda memberiku seluruh dunia ini untuk membelinya, aku tidak akan menerimanya, "ia menambahkan. Ia ingin membebaskan Taufah tanpa penebusan. Budak itu pun pergi dengan linangan air mata.

    Waktu pun berlalu. Al-Saqati, majikan Tufah, dan Ahmad Musni menunaikan haji. Tapi, di perjalanan, Ahmad Wafat. Kala tawaf di ka'ba, Al-Saqati mendengar ratapan aneh nan pilu, jerit kesedihan dari hati yang terluka. namun, ia tak mengenalinya. "Mahasuci Allah! Tidak ada Tuhan selain Dia. Dulu aku pernah dikenal. kini aku tidak dikenal lagi. ini aku, Taufah, "katanya.

    Masya Allah! Begitu diberitahu bahwa mantan majikannya juga sedang berhaji, gadis ituberdoa sebentar, lalu roboh di samping ka'bah dan wafat. Tak lama setelah itu, mantan majikannya yang sedih melihat Tuhfah telah tiada terjatuh di samping Tuhfah, lalu meninggal pula. Tentu, takdir didi depan rumah Allah ini seizin-Nya jua.

    (wanita-wanita sufi, Dr. Javad Nurbakhsh)

0 komentar: